Ilmu dibalik: Mengapa wanita selalu jatuh ke pelukan pria nakal
Wanita mengaku lebih memilih pria baik, namun membuat hatinya dipatahkan oleh pria nakal – cerita ini selalu terdengar ratusan kali. Mungkin kamu akan mendengar teman yang jatuh ke pelukan pria seperti James Dean, atau mungkin kamu sendiri yang mengalaminya. Sesuatu hal apa yang membuat para pria nakal tersebut begitu tak tertahankan?
Tidak semua orang jatuh cinta pada pria semacam itu, tentu saja, namun ada cukup banyak contoh yang patut untuk dikaji. Apakah mungkin terdapat suatu logika, bahkan penjelasan ilmiah di balik fenomena tersebut? Ternyata ya, memang ada beberapa.
Survei ‘Patologikal = Seksi’
Sebuah penelitian tahun 2015 dari jurnal Evolution & Human Behavior menunjukkan bahwa orang dengan sikap patologikal memiliki pasangan hidup lebih banyak. Singkatnya, orang-orang dengan perilaku neurotik, impulsif, obsesif-kompulsif, dan melanggar aturan cenderung untuk berkencan lebih banyak dan memiliki hubungan yang lebih banyak. Hampir 1.000 pria dan wanita diteliti dengan spektrum perilaku patologikal, dari rentang tidak ada hingga parah.
Beberapa pengamatan menarik yang disorot: Satu, pemimpin penelitian Gutiérrez mengatakan bahwa pria obsesif-kompulsif lebih sukses dengan wanita. Dia menghubungkan ini dengan kelompok tingkat pendapatan tinggi, sebagai pria dengan perilaku obsesif-kompulsif berhasil hampir dua kali lipat lebih besar dibanding partisipan yang kurang obsesif. Lainnya adalah bahwa wanita dengan perilaku neurotik lebih berhasil daripada mereka yang kurang neurotik mereka dalam memproteksi diri mereka terhadap pria.
Masih terlalu dini untuk mengambil penemuan ini sebagai kebenaran Injil sekalipun. Karena penelitian ini adalah kombinasi dari studi pelaporan diri sendiri dan wawancara, ada kemungkinan para partisipan melebihkan laporan kualitas mereka agar tampak lebih menarik. Setelah semua itu, ketidakjujuran adalah perilaku patologikal juga.
Studi ‘Hormonku membuat diriku melakukannya’
Kristina Durante, peneliti di Universitas Texas di San Antonio, mempelajari reaksi wanita terhadap pria selama masa subur rendah dan tinggi untuk melihat apakah ada perbedaan dalam pilihan mereka. Spoiler alert: Wanita yang sedang berovulasi menginginkan pria nakal seksi.
Penelitian tahun 2012 ini, yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology, memiliki data wanita yang melihat profil kencan online, dan berinteraksi dengan aktor pria yang memainkan peran stereotip baik menjadi pria nakal seksi atau pria baik yang bisa diandalkan.
Dalam kedua kasus, wanita yang dekat dengan masa ovulasi secara signifikan lebih memilih fisik seksi dibanding pria yang lebih pasti dapat diandalkan, dan juga percaya bahwa laki-laki yang lebih seksi bisa menjadi ayah dan pasangan yang lebih baik. Kesimpulannya? Wanita yang sedang dalam masa ovulasi penilaiannya tertutup oleh naluri dasar akan daya tarik seksual, atau dalam istilah modern, “kacamata ovulasi ” mereka sedang hidup.
Daya tarik ‘Dark Triad’
Apakah wanita menyukai pria yang secara stereotip gelap dan misterius karena mereka terlihat lebih tampan? Atau mungkin pria gelap, misterius mengklaim lebih banyak bisa merebut hati karena mereka membesar-besarkan kualitasnya?
Untuk menghilangkan variabel tersebut, Gregory Louis Carter dari Universitas Durham mempelajari preferensi dari 128 wanita untuk pria melalui kuesioner online, dan menemukan bahwa wanita secara signifikan lebih tertarik pada pria dengan kepribadian “Dark Triad”, yang narsisme, psikopati dan Machiavellianism ( kecenderungan untuk menipu dan memanipulasi). Ini terlepas dari penampilan fisik. Wanita sebenarnya lebih menyukai pria dengan sifat gelap.
Ada dua cara untuk melihat hal ini. Entah wanita cenderung terpesona oleh kepribadian tersebut karena begitu tidak biasa, atau pria dengan kepribadian tersebut lihai dalam persuasif – yaitu, memanipulasi wanita agar menyukainya.
Teori ‘Aku butuh emosi agar merasa hidup’
Yang satu ini sebenarnya bukan suatu penelitian, tetapi lebih pada sebuah hipotesis. Intinya, teori tersebut menyatakan bahwa wanita cenderung memiliki lebih banyak energi feminin, yang merespon emosi. Sebagai perbandingan, pria cenderung memiliki lebih banyak energi maskulin, yang merespon logika dan alasan.
Bagi wanita, ini berarti bahwa seseorang yang membuat mereka merasakan emosi semakin banyak, baik itu positif atau negatif, kegembiraan atau rasa sakit, semakin menarik perasaan wanita terhadap orang itu. Dengan kata lain, wanita makan emosi untuk merasa hidup (jadi begitulah teori ini berlaku). Sayangnya, meskipun emosinya bisa negatif, seringkali, dia lebih suka memilih ini daripada seseorang yang tidak membuatnya merasakan apa-apa.
Ini hanya beberapa penelitian dan teori yang berusaha untuk menjelaskan ilmu daya tarik yang sulit dipahami. Ini berguna untuk mengetahui bahwa biologi dapat mempengaruhi kita untuk membuat pilihan yang tidak akan kita buat secara rasional. Di sisi lain, hal ini menciptakan romantika rasanya jatuh cinta. Pilihlah dengan bijak! Kamu telah diperingatkan.